IMM INTI Jeneponto Gelar Aksi Damai: Lawan Impunitas, Tolak Lupa

Tajukutama, JENEPONTO – Memperingati rentetan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dikenal dengan istilah September Hitam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Institut Turatea Indonesia (INTI) menggelar aksi simbolis bertajuk “Panggung Bebas” di depan Kepolisian Resor (Polres) Jeneponto, Senin malam (30/9).

Aksi yang dimulai pukul 19.00 WITA itu dihadiri jajaran pimpinan cabang IMM Jeneponto, di antaranya sekretaris umum dan kabid hikmah, serta ratusan kader dari berbagai komisariat, seperti Fakultas Ekonomi, FKIP, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, hingga IMM IAI Al-Amanah.

Dalam suasana hening malam, aksi damai tersebut menjadi ruang refleksi atas berbagai tragedi HAM di masa lalu, sekaligus menegaskan tuntutan keadilan dan penegakan hukum yang masih belum tuntas di tingkat lokal maupun nasional.

Sekretaris PC IMM Jeneponto, Mardianto Salam, mengapresiasi inisiatif IMM INTI yang dinilainya sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap persoalan bangsa. “Kegiatan ini wujud nyata keberpihakan IMM pada isu kemanusiaan. Ini bukan sekadar seremonial, tetapi penegasan peran IMM sebagai kekuatan moral dan pengontrol sosial,” ujarnya.

Senada, Koordinator Komisariat IMM INTI, Sahrul, menegaskan bahwa aksi tersebut merupakan penolakan terhadap lupa dan impunitas. “Setiap 30 September adalah pengingat agar sejarah kelam tak terulang. Panggung Bebas kami hadirkan sebagai simbol ruang tanpa rasa takut, tempat rakyat bisa bersuara tentang keadilan dan reformasi hukum,” tegasnya dalam orasi.

Berbagai penampilan simbolis turut menghidupkan aksi ini, mulai dari pembacaan puisi perlawanan, orasi kritis, doa bersama, hingga prosesi bakar lilin dan tabur bunga. Pemilihan lokasi di depan Polres Jeneponto menjadi penegasan bahwa lembaga penegak hukum harus menempatkan keadilan sebagai prioritas.

Selain refleksi tragedi HAM, IMM INTI juga mempersembahkan doa khusus untuk almarhum Dr. H. Ady Sumardi Anwar, SE., MM., Sekretaris Yayasan Pendidikan Turatea (YAPTI), yang dikenal sebagai sosok inspiratif bagi mahasiswa Institut Turatea Indonesia.

Aksi Panggung Bebas yang berlangsung tertib dan damai ini akhirnya ditutup dengan doa bersama, meninggalkan pesan moral agar kebebasan berekspresi, penegakan hukum, dan penghormatan terhadap HAM terus dijunjung tinggi demi terwujudnya Indonesia yang berkeadilan. (*)

ads
ads ads

Comment