Tajuk Utama,– Tulisan hari ini adalah Kisah Nabi Sulaiman AS. Sebagian yang mengikuti tulisan bersambung selama bulan Ramadhan mungkin akan berkesimpulan bahwa tulisan hari ini bukan kisah nabi Sulaiman AS.
Kenapa? Menelusuri tulisan kisah nabi selama ini tidak linier, tidak mendasarkan pada tata urutan kenabian mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Tulisan bersambung ini bersifat siksak. Pertimbangan utama tulisan tentang kisah-kisah para Nabi dan Rasul adalah sebuah hasil kontemplasi yang relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia yang kita cintai.
Tulisan hari ini adalah kisah Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman AS adalah putra dari Nabi Daud AS. Tulisan hari ini linier, bersambung, baik kisahnya maupun nasabnya. Nabi Sulaiman A, Selain mewarisi kenabian dan kerasulan ayahnya, beliau juga mewarisi kerajaan ayahnya yang sangat mapan, masyarakatnya sejahtera dibawah ampunan Allah SWT.
Yang terkenal dengan sebutan baldatun tayyibatun wa rabbun gafur. Kisah warisan kekuasaan ini relevan juga dengan negeri kita. Yang belum relevan adalah warisan kebijaksanaan, kesejahteraan dan keadilan.
Nabi Sulaiman mewarisi hal-hal tersebut, bahkan sejak dini sudah memperlihatkan kecerdasan dalam memutuskan perkara dua orang ibu yang memperebutkan seorang bayi, yang akan dikisahkan pada pragraf berikutnya.
Kisah Nabi Sulaeman bertebaran pada beberapa ayat dalam Al-qur’an dari surah dan ayat yang berbeda. Nabi Sulaiman AS adalah salah satu nabi yang dianugerahi kekuasaan, kebijaksanaan, dan mukjizat luar biasa oleh Allah SWT.
Beliau adalah putra Nabi Daud AS dan dikenal sebagai Raja yang adil serta memiliki kemampuan memahami bahasa hewan, mengendalikan angin, serta mengendalikan jin.
Sejak kecil, Nabi Sulaiman AS sudah menunjukkan kecerdasan, keadilan dan kebijaksanaannya.. Kisah yang sangat terkenal adalah ketika beliau menyelesaikan sengketa antara dua wanita yang memperebutkan seorang bayi.
Dengan kebijaksanaannya, beliau mampu mengetahui siapa ibu kandung bayi tersebut. Alkisah dua orang ibu memperebutkan seorang bayi. Mereka mempertahankan bahwa bayi tersebut adalah bayinya dengan argumentasi masing-masing.
Bukti DNA sebagai bukti imperik tidak ada, mereka hanya bertahan pada argumentasi masing masing yang sulit dibuktikan dengan kesaksian, serta pembuktian ilmiah melalui tes DNA. Perdebatan yang tidak berujung seperti inilah Nabi Sulaiman memberikan tawaran penyelesaian dengan membelah dua bayi tersebut.
Sehingga mereka berdua mendapatkan setengah dari bayi tersebut. Mendengar keputusan tersebut, salah satu dari ibu tersebut menyambut riang dan berkata bahwa itu lebih adil, namun ibu yang satunya memohon kepada nabi Sulaiman, agar bayi tersebut dibiarkan hidup, dan lebih baik bayi itu diserahkan kepada Ibu yang terlalu ngotot memilikinya.
Setelah menyimak reaksi kedua ibu tersebut, Nabi Sulaiman AS menyadari, bahwa pemilik bayi tersebut adalah ibu yang tidak tega sang bayi yang tidak berdaya meregang nyawa sebagai buah dari perebutan dua orang ibu dihadapan nabi Sulaiman.
Kisah kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman AS adalah alasan yang sangat tepat mewarisi kekuasaan ayahnya. Kaum Bani Irail tidak memprotes “dinasti” dari Daud ke Sulaiman.
Kenapa begutu ? Nabi Sulaeman tidak lahir dari krasa krusu mahkamah konstitusi, beliau lahir sebagai pemimpin yang cerdas, adil dan bijaksana, meskipun beliau seorang anak Raja, pertimbangan tersebut tidak menjadi factor utama, beliau memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan plus kecerdasan sejak dini hingga akhirnya bertahta sebagai Nabi, Rasul, dan Raja Bani Israil.
Sebagai Nabi, Rasul, dan Raja yang mempunyai Harta dan kekuasaan yang besar, Nabi Sulaiman AS memiliki pengaruh yang luas, rakyatnya sangat makmur, seiring dengan kemakmuran yang dinikmati oleh Nabi Sulaiman bersama seluruh apparat kerajaan.
Sebagai negara adi daya di zaman itu, Nabi Sulaiman menjalankan misi perluasan wilayah kekuasaan dengan motivasi agar seluruh kerajaan yang ada di Kawasan Bani Israil tunduk dan patuh menyembah Allah SWT.
Salah satu kerajaan yang diperkirakan ada dikawasan Yaman Utara saat ini, adalah kerajaan Saba yang dipimpin oleh seorang Ratu yang adil, Ratu Balqis. Jarak antara kerajaan Bani Israil dan kerajaan Saba kurang lebih 2.500 kilo meter.
Nabi Sulaiman tertarik dengan informasi kerajaan tersebut melalui burung hud-hud, bahwa diseberang sana ada sebuah kerajaan, penduduknya Makmur, ratunya adil, tapi sayang kerajaan tersebut menyembah matahari.
Mendengarkan inforamasi dari burung hud-hud tersebut, Nabi Sulaiman menulis Surat kepada Ratu balqis agar menyembah Allah, beribadah kepada hanya kepada Allah. Surat seperti ini sudah menjadi kebiasaan para Raja sebagai bentuk diplomasi untuk menjalin Kerjasama bilateral, bahkan multilateral antar negara.
Setelah Ratu Balqis menerima surat dari Nabi Sulaeman AS., Ratu Balqis bermaksud merespon ajakan Nabi Sulaiman. Ratu Balqis melakukan rapat kerajaan dan memutuskan bahwa kita harus tempuh jalur diplomasi, kita lakukan perundingan kata ratu Balqis.
Melakukan konprontasi militer akan memakan banyak korban. Penasehat Ratu Balqis memberikan saran agar menyiapkan hadiah buat Nabi Sulaiman AS dalam diplomasi yang akan dipimpin langsung oleh Ratu Balqis.
Sebelum Ratu Balqis tiba di Istana Nabi Sulaiman AS, Nabi Sulaiman melakukan lelang, meskipun lelang Ketika itu belum ada fii (sogok) yang akan dikeluarkan oleh pemenang lelang. Nabi Sulaiman AS berkata siapa yang bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Seorang JIN menawarkan untuk membawanya dalam waktu singkat, terus disanggah oleh seorang manusia dari ahli kitab, bahwa saya sisa pindahkan singgasana Ratu Balqis, sebelum nabi Sulaiman AS berkedip. Maka ahli kitab inilah yang menjadi pemenang, karena terbukti singgasana Ratu balqis sudah ada dihadapan Nabi Sulaiman AS.
Akhirnya Ratu Balqis tidak jadi menyerahkan hadiah yang beliau siapkan, beliau masuk dalam golongan Nabi Sulaiman AS yang menyembah Allah SWT. Ibarat Tentara Nasioanl yang di kirim ke aceh menumpas GAM, beliau pulang menjadi tantara GAM.
Wallahu ‘a’lam bishawan.
Sungguminasa, 13 Ramadhan 1445 H.

Comment