Tajuk Utama. Gowa — Tiga hari jelang pencoblosan di pilkada serentak tahun 2024, juga bersamaan dengan Peringatan Hari Guru Se-dunia.
Issue politisasi para guru menjadi hot issue di hari jadinya. Beberapa video dan foto tersebar luas akan dugaan kuatnya pemakaian guru dalam tarikan kepentingan politik termasuk di Pilkada Gowa.
Kondisi ini menjadi topik menarik, mengingat posisi guru disepakati merupakan profesi mulia yang wajib dijaga integritasnya.
Seharian, dunia jagat maya Gowa dibanjiri sebuah tulisan opini namun nama dan alamat serta profesi sang penulis tidak tercantum dalam narasi awal dan penutup tulisannya. Sang Penulis hanya menggoreskan identitas bernama “Satu Pena ”
Berikut opini yang tersebar luas tersebut :
Ketika Guru di Gowa Menjadi Kurir Politik, Penghianatan Terhadap Pendidikan Sedang Terjadi!*
_Di kenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa_. Mereka adalah guru, penjaga peradaban, yang dengan sabar mendidik dan mengasuh generasi penerus bangsa.
Namun, di Kab. Gowa, sesuatu yang amat menyakitkan dan memalukan sedang terjadi. Para guru yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anak bangsa, kini terjerat dalam permainan politik kotor.
Mereka yang sebelumnya dihormati karena dedikasi dan pengabdiannya, kini menjadi alat politik yang dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Bagaimana bisa kita membayangkan, guru-guru yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai kejujuran dan integritas, malah “dijadikan” kurir politik, menyebar amplop-amplop berisi uang kepada orang tua siswa? Videonya pun Viral di sosmed.
Betapa hancurnya moralitas ketika mereka, dengan sadar atau terpaksa, mendatangi rumah-rumah orang tua, membujuk dan menekan mereka untuk memilih pasangan calon tertentu. Inilah wajah pendidikan yang telah ternodai oleh ambisi yang rakus akan kekuasaan.
Tak hanya hati yang terluka, namun juga citra luhur yang sudah terbangun selama ini tentang Gowa sebagai Kabupaten Pendidikan, yang dengan susah payah diusahakan sejak 2018, kini hancur begitu saja.
Bukan oleh keadaan yang tak bisa diubah, melainkan oleh oknum-oknum yang dengan tega merusak segalanya demi kepentingan pribadi. Guru, yang harusnya menjadi panutan dan simbol kejujuran, kini menjadi pelaku dalam tragedi ini.
Ini adalah bentuk penghianatan terhadap para guru, terhadap nilai-nilai pendidikan, dan terhadap masa depan anak-anak kita.
Di saat masa tenang Pemilu, di saat hari jadi guru yang seharusnya menjadi perayaan atas segala jerih payah mereka, justru tercoreng oleh aksi-aksi kotor yang tak dapat dimaafkan.
Kecewa, marah, dan sedih rasanya melihat para pahlawan pendidikan ini diperalat demi kepentingan politik yang tak beradab.
Apakah ini yang kita inginkan untuk masa depan pendidikan di Gowa?
Apakah ini yang pantas diterima oleh para guru yang seharusnya dihormati dan dihargai? Tentu tidak!.
Kita tidak bisa diam melihat rusaknya cita-cita luhur ini. Kita harus bersuara, menuntut agar pendidikan kembali berada di jalur yang benar, jauh dari pengaruh politik praktis yang menghancurkan.
_@SatuPena_
Comment