PRAGMATISME PEMILIH DALAM PILKADA
Oleh : Agus Salim Dg Ngago
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam demokrasi lokal Indonesia. Dalam setiap ajang Pilkada, pemilih memainkan peran sentral dalam menentukan masa depan daerahnya. Namun, seiring berjalannya waktu, perilaku pemilih tampaknya semakin dipengaruhi oleh pendekatan pragmatisme. Pragmatisme pemilih dalam Pilkada dapat didefinisikan sebagai kecenderungan pemilih untuk membuat pilihan berdasarkan pertimbangan praktis atau keuntungan jangka pendek, daripada berdasarkan ideologi, visi jangka panjang, atau nilai-nilai yang dipegang teguh.
Faktor Pendorong Pragmatisme Pemilih
1. Kondisi Ekonomi
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pragmatisme pemilih adalah kondisi ekonomi. Pemilih sering kali lebih tertarik pada janji-janji perbaikan ekonomi atau bantuan langsung daripada program-program yang bersifat ideologis. Pemimpin yang dapat menjamin kesejahteraan ekonomi secara instan, seperti program bantuan sosial atau peningkatan infrastruktur lokal, cenderung lebih disukai.
2. Pengaruh Politik Uang
Politik uang masih menjadi fenomena yang sulit diberantas dalam Pilkada. Banyak pemilih yang mengambil pendekatan pragmatis dengan menerima tawaran materi dari kandidat tertentu, dengan asumsi bahwa suara mereka dapat “dihargai” dalam bentuk bantuan langsung. Hal ini mencerminkan bahwa bagi sebagian pemilih, manfaat langsung lebih diutamakan dibandingkan janji-janji politik yang bersifat abstrak.
3. Kedekatan Pribadi dengan Kandidat
Pemilih sering kali membuat keputusan berdasarkan kedekatan atau hubungan pribadi dengan kandidat. Hal ini bisa berupa hubungan keluarga, kekerabatan, atau bahkan keterlibatan sosial di tingkat komunitas. Dalam kasus ini, pemilih memilih kandidat yang mereka kenal secara pribadi, bukan karena program atau visi politiknya.
4. Kecepatan Solusi yang Dijanjikan
Dalam situasi di mana daerah menghadapi masalah mendesak seperti infrastruktur buruk, pengangguran, atau bencana alam, pemilih sering kali menginginkan solusi yang cepat. Kandidat yang menawarkan solusi instan atau program-program yang langsung terlihat hasilnya cenderung mendapat simpati dari pemilih, meskipun solusinya bersifat sementara.
Dampak Pragmatisme Pemilih terhadap Demokrasi
Pragmatisme pemilih membawa dampak yang signifikan bagi kualitas demokrasi di tingkat lokal. Di satu sisi, pendekatan ini dapat mendorong pemimpin untuk lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Namun, di sisi lain, ia juga dapat mengerdilkan perdebatan politik menjadi sekadar transaksi jangka pendek. Visi jangka panjang dan nilai-nilai demokrasi seperti transparansi, akuntabilitas, dan reformasi sistemik bisa terabaikan jika pemilih hanya fokus pada manfaat langsung.
Selain itu, pragmatisme pemilih juga membuka ruang lebih besar bagi politik uang dan populisme. Kandidat yang memiliki modal finansial kuat dan mampu menawarkan program-program instan dapat dengan mudah mendominasi kampanye, sementara kandidat yang memiliki visi jangka panjang atau program reformasi yang lebih mendalam sering kali terpinggirkan.
Upaya Mengatasi Pragmatisme Pemilih
Menghadapi fenomena pragmatisme pemilih, diperlukan langkah-langkah yang komprehensif untuk meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Pendidikan politik yang berkelanjutan, transparansi dalam pelaksanaan Pilkada, serta penegakan hukum yang tegas terhadap politik uang merupakan beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi pragmatisme pemilih. Selain itu, partai politik dan calon kepala daerah juga perlu fokus pada penyampaian program-program jangka panjang yang jelas, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Penutup
Pragmatisme pemilih dalam Pilkada adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari dalam konteks politik Indonesia saat ini. Meskipun begitu, dengan pendidikan politik yang lebih baik dan pemimpin yang berkomitmen pada perubahan jangka panjang, pragmatisme ini bisa diarahkan ke hal-hal yang lebih positif, di mana pemilih tidak hanya memikirkan manfaat sesaat, tetapi juga masa depan daerahnya secara keseluruhan.
Penulis, Dosen Universitas Pepabri, Sekretaris PKB Kabupaten Gowa

Comment