Tajukutama, Jayapura – Masalah kemiskinan tidak akan berakhir sampai tindakan nyata diambil untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebagai bagian dari kontribusi terhadap pembangunan bangsa, berbagai model kebijakan telah dirancang, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta. Tanpa kerja sama dan pertimbangan timbal balik yang berkelanjutan, distribusi kemakmuran yang adil bisa disebut ilusi semata.
Untuk itu, Dr. John Julius Boekorsjom membuat Buku Pola Pendampingan Masyarakat Desa Dengan Pendekatan Budaya. Buku ini memuat kajian tentang pengembangan kakao rakyat di Kabupaten Jayapura dengan basis pendampingan masyarakat.
Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat menjadi landasan dalam sejumlah proses pendampingan.
Buku Pola Pendampingan Masyarakat Desa Dengan Pendekatan Budaya merupakan hasil kajian yang dilakukan pada tahun 2005, yakni sebelum pemekaran Provinsi Papua menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Meski demikian, kajian ini sangat relevan untuk menjadi salah satu referensi dalam rumpun tema serupa.
Buku ini memberi gambaran tentang tingkat konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan program pendampingan dan pengembangan kakao dengan sudut pandang budaya, sebuah pendekatan yang mengutamakan kondisi sosiologis masyarakat sebagai faktor penting.
Menariknya, buku ini juga dilengkapi dengan contoh : Kuisioner, Pedoman Wawancara dan Pedoman Penelitian sehingga bisa dijadikan referensi bagi para mahasiswa yang akan melakukan kajian dengan metode penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Kajian ini memiliki relevansi jangka panjang mengingat Indonesia adalah negara dengan keberagaman budaya tinggi. Kekhasan ini juga menjadi nilai tambah yang dapat dijadikan acuan untuk pendekatan serupa di wilayah lainnya.
Dr. John Julius Boekorsjom mengatakan kepada media melalui rilis persnya pada Jumat 17 Juni 2022 bahwa agar buku Pola Pendampingan Masyarakat Desa Dengan Pendekatan Budaya dapat memberi manfaat kepada masyarakat.
“Semoga hadirnya buku ini dapat memberikan manfaat dalam kajian serupa, serta menjadi bentuk kontribusi kami sebagai penulis untuk membangun daerah,” ucapnya.
Terakhir kata John Julius Boekorsjom sebelum menutup keterangannya. Dia selalu berpegang kepada kata-kata bijak yang sering diungkapkan.
Menurutnya, “Karier jabatan atau kekuasaan bisa dibeli atau didapatkan dengan cara tidak wajar, tetapi integritas itu jauh lebih bernilai dan lebih berharga dari pada jabatan itu sendiri. Orang yang punya integritas akan terus bersinar dan bercahaya (Jujur, Tulus dan Kasih). (Ramzi)
Comment