TAJUK UTAMA, MAKASSAR – Di Jepang, kalau ada pejabat yang diindikasikan melakukan tindakan Korupsi, maka mereka akan segera mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya, bahkan tidak sedikit diantara mereka melakukan harakiri atau bunuh diri sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kesalahan yang telah dilakukan, karena merasa malu.
Sangat berbeda dengan di Indonesia kalau ada pejabat yang sudah di duga melakulan perbuatan korupsi, bahkan sudah ditetapkan sebagai tersangka, mereka masih tampil ke publik mengadakan konfrensi pers, untuk membela diri, mereka tidak punya rasa malu bahkan mereka masih membusungkan dada , masih senyum-senyum seakan-akan tidak bersalah. Demikian kata Letkol Sus Husban Abady ketika menyampaikan ceramah pada malam ke 12 Ramadhan di Masjid Babussaada, Jl. Macan, Makassar (13/4/2022).
Dengan mengambil tema *Amar Ma’ruf Nahi Munkar* Husban Abady mengatakan, kita tidak boleh diam melihat orang melakukan kemaksiatan dan kemungkaran di negara tercinta ini, kita harus mengambil peran dalam upaya memberantas berbagai macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran itu, sesuai dengan tanggung jawab yang dipikulkan di atas pundak kita masing-masing, sesuai dengan firman Allah SWT., dalam Al Qur’an Surah Ali Imaran ayat 104 yang artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
“Tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh hanya diberikan kepada beberapa orang saja, satu institusi saja, dan satu ormas saja tetapi seluruh elemen masyarakat harus bergerak secara serempak untuk menghentikan semua kemaksiatan dan kemungkaran, kita harus berlaku tegas dalam menegakkan hukum tampa pandang bulu kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap norma susila, norma hukum maupun norma agama,” kata Husban Abady.
Maka tidak ada alasan bagi kita, untuk tidak mengambil bagian dalam melaksanakan amar ma”ruf nahi munkar, hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Muhammad SAW., yang artinya : “Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”
“Berdasarkan hadist tersebut maka jelas bahwa Rasulullah Muhammad SAW., memerintahkan kepada kita, bahwa apabila melihat kemungkaran, cegahlah dengan tanganmu, tangan disini bermakna kekuasaan, jadi kalau ada yang berbuat kemungkaran maka bagi orang yang memiliki kekuasaan wajib mencegah kemungkaran itu dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki. Kalau kita tidak memiliki kekuasaan maka cegalah dengan lisan atau ucapan, mencegah dengan ucapan ini adalah tugas dari para ulama, ustadz, muballigh, dan cendikiawan, karena mereka yang tau ayatnya, tau hadstnya, dan tau teorinya”, kata Husban Abady.
Apabila kita tidak tau dalil dan teorinya sehingga kita tidak bisa mencegah dengan ucapan, maka minimal kita menolak dan membenci kemungkaran itu dalam hati, di akhir hadist itu di katakan bahwa menolak dengan hati itulah selemah-lemahnya iman. Tetapi menurut saya yang dimaksud lemah imannya dalam hadist itu, apabila orang itu memiliki kekuasaan tetapi dia tidak gunakan kekuasaannya untuk mencegah kemungkaran, maka dia adalah penguasa yang lemah imannya, bilah dia ulama, uatadz, muballigh maupun cendikiawan, ketika dia diam melihat kemungkaran, maka dia adalah ulama, ustadz, muballigh dan cendikiawan yang lemah imannya, begitu juga dengan orang yang masih punya hati tetapi dia tidak menolak dan membenci kemungkaran maka dia juga lemah imannya.
Lebih lanjut Husban Abady mengatakan bahwa, tantangan amar ma’ruf nahi munkar semakin berat dan kompleks, berbagai kebobrokan moral terjadi diberbagai sektor, kemaksiatan semakin terbuka diakibatkan oleh kemajuan informasi dan teknologi melalui media televisi, internet dan media sosial lainnya yang menyuguhkan berbagai tayangan dan informasi yang dapat merusak moral manusia.
“Kita semua harus bangkit dan berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mencegah dan mengantispasi hal-hal yang dapat merusak aqidah dan akhlak generasi muda kita. Oleh karena itu amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan secara masif, baik secara langsung maupun melalui media yang ada, kita harus menguasai informasi dengan memanfaatkan berbagai media, sehingga konten-konten yang dimuat adalah yang bisa memperkuat aqidah dan meningkatkan akhlak manusia”, Pungkas Husban Abady.
Comment